Sabtu, 03 Desember 2011

Hujan Bersama Abdee


Seperti hari-hari yang sebelumnya, hari ini aku pergi menuntut ilmu layaknya kegiatan seorang siswa yaitu sekolah. Sekolah di SMAN 1 Pajajaran dan satu sekolah dengan Abdee. Aku di kelas X-4 dan dia di kelas XII.IA-5, kelasnya berada didepan kelasku. Dikesempatan ini, aku nebeng Abdee untuk pergi ke sekolah. Pagi-pagi dia menjemputku ke rumah. Abdee pun berpamitan dengan ayah dan ibuku. Setibanya di sekolah, bel pun berbunyi menandakan jam pelajaran akan dimulai. Aku dan Abdee bergegas menuju kelas kita masing-masing. Heemmm…. Alhamdulillah di kelas masih belum ada Bu Lies Permata. Bu Lies Permata adalah seorang guru yang mengajar mata pelajaran biologi. Beliau orangnya sangat sabar dan baik hati. Sambil menunggu Bu Lies Permata, aku duduk-duduk di depan kelas sambil kupandangi kelas Abdee yang ada di depan kelasku. Sungguh malang nasibnya Abdee, ternyata di kelasnya sudah ada guru yang mengajar. Tetapi rezeki tidak kemana-mana, beruntung sekali aku bisa melihat Abdee yang kebetulan duduk di pojok dekat jendela. Ketika sedang enaknya melamun, tiba-tiba ada Bu Lies Permata. Aku pun segera memasuki ruang kelas dan mengikuti pelajaran biologi. Selama pelajaran berlangsung, aku masih terbayang jelas memori yang terekam saat aku dibonceng Abdee. Perjalanan ke sekolah yang tak pernah kualami sebelumnya. Heeehhhh…. , tapi aku harus konsentrasi untuk mengikuti pelajaran. Ternyata benar apa yang dikatakan Bu Retno, “ Cinta kadung melekat, tai kucing rasa cokelat”, ya seperti itulah kata-kata dari beliau.
            Tidak terasa, bel sudah berbunyi lagi, menandakan jam pelajaran telah usai. Dan waktunya untuk pulang sekolah. Abdee menjemputku di depan kelasku dan mengajakku untuk pulang bareng lagi. Sorak-sorak teman-temanku mengiringi perjalananku dengan Abdee menuju termapt parker sepeda motor. Rasa malu dan beberapa kali aku dan Abdee salah tingkah karena sorak-sorakan dari teman-teman. Kemudian aku dan Abdee bergegas pulang dan meninggalkan teman-temanku.
            Saat berada di tengah perjalanan, Abdee memberitahukan sesuatu kepadaku,” Dek, senin besok aku akan melaksanankan Ujian Akhir Nasional, jangan lupa untuk mendo’akan dan mensupport aku ya!! Dan untuk sementara ini, kita tidak SMSan dulu. Tidak apa-apa kan?” Aku kemudian menjawab,” tidak apa-apa lahh mas,, tentu saja aku mendo’akan dan mensupport kamu.” Kemudian Abdee mengucapkan terima kasih kepadaku dengan diiringi senyuman manis yang membuatku semakin tersipu malu.
            Awan hitam menandakan bahwa hujan akan turun, kemudian aku menyuruh Abdee untuk menambah kecepatan motornya agar kita lekas sampai rumah. Tetapi apa yang terjadi, Abdee malah mengurangi kecepatan motor. Kemudian aku bertanya kapada Abdee,” Mas, kok malah semakin pelan sih kecepatan motornya?” kemudian Abdee menjawab,” aku tidak ingin kehilangan momment hujan-hujan bersama kamu seperti ini dek.” Sambil tersenyum dia menoleh kebelakang menatap wajahku. Betapa tercengangnya aku mendengar pernyataan dari Abdee. Aku tidak mampu berkata apa-apa lagi. Kemudian hujan turun deras mangguyur tubuh kita berdua. Tiba-tiba, tangan kiri Abdee memegang tanganku sembari berkata,” Kamu kok diam? Dingin ya?” sambil tersipu malu  aku kemudian menjawab,” tidak kok mas.”
            Kemudian abdee berhenti di tengah-tengah pemukiman penduduk. “Kamu turun ya!”, abdee menyuruhku.” Lalu aku bertanya,” Ada apa mas?” Kemudian Abdee menjawab,” aku mau menaruh HPku di jok motor, aku tadi lupa, untung saja tidak basah total di saku celanaku.” Setelah menaruh HP, aku mengajak Abdee untuk bergegas pulang kembali. Tapi, Abdee memegang kedua tanganku dan mengatakan sesuatu kepadaku,” Aku sayang kamu dek, aku cinta kamu!!” Kemudian aku tercengang dan hanya bisa terdiam. Berkata lagi Abdee kepadaku,” Lho kok diam lagi, tidak suka ya dengan ucapanku tadi?” Kemudian aku menjawab,” Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi mas, yang pasti aku merasakan sama dengan apa yang mas rasakan.” Kemudian dia membalasku dengan senyuman manis dan mengajakku melanjutkan perjalanan pulang kembali.
            Deras hujan yang turun tetap mengiringi langkah perjalanan kita. Disepanjang perjalanan, Abdee mengajakku bernyanyi 5 lagu tentang perasaan kita, yaitu Tercipta Untukku (Ungu), Kau Buatku berarti (Tiket), Mungkinkah (Stinky), Detik Terakhir (Lyla), dan Jaga Selalu Hatimu (Seventeen). Disaat itu dia berkata kepadaku,” Betapa senangnya hati ini bisa menikmati hujan bersama oarng terkasih, kita puas-puasin hujan-hujan bareng karena ini adalah kesempatan terakhir kita bertemu. Minggu depan aku melaksanakan Ujian Akhir Nasoinal dan setelah Ujian Akhir Nasional, aku harus melaksanakan test dalam menggapai cita-citaku. Kita bertemu kembali 3 bulan yang akan datang mulai dari saat ini. Disaat itu aku sudah selesai melaksanakan semua test. Jaga selalu hati kamu untuk aku ya, jangan lupa untuk selalu menyanyikan 5 lagu tentang kita disaat kamu sebelum tidur!!” sambil menetesikan air mata aku menjawab,” Pasti, aku akan selelu menunggu, menanti, mencintai dan menyayangi kamu, hati ini hanya mikikmu karena kau pemilik hatiku.” Abdee berkata lagi,” Lho kok nangis?” Kemudian aku menjawab,” Air mata ini adalah gambaran betapa sayang dan cintaku kepadamu.” Lalu sambil tersenyum dia kembali berkata,” Jika kamu bisa menghitung tetes air hujan yang turun, maka sebanyak itulah aku mencintai dan menyayangi kamu.” Aku tak kuasa menahan tangis karena akan ditinggal abdee untuk beberapa waktu. Tapi meskipun raga kita terpisah jauh, namun hati kita selalu dekat.
            Tidak terasa sudah sampai depan rumahku, Abdee mengantarku masuk ke dalam rumah dan berpamitan kepada ayah dan ibuku untuk pulang. Kemudian dia melambaikan tangan kepadaku dan meninggalkan rumahku. Sebagai seorang wanita yang memiliki perasaan yang peka, aku berlari masuk kedalam kamar dan menangis selepas mungkin dan tetap terbayang-bayang sosok Abdee dipikiranku.
            Beberapa minggu berlalu, rasa sepi mengiringi alam nyataku, tapi rasa sayang terbalut di dalam hatiku akan cinta dan sayang Abdee. Baru saja aku bisa merasakan nikmatnya hujan, makna hujan untuk aku dan Abdee. Dia mengajariku untuk mengenal lebih jauh tentang hujan. Semenjak itu aku tergugah dan sangat perhatian ketika datang hujan turun. Aku selalu terbayang wajah Abdee dan teringat kata-katanya bahwa “Jika kamu bisa menghitung tetes air hujan yang turun, maka sebanyak itulah aku mencintai dan menyayangi kamu”, aku selalu menitikkan air mata dan menanti kedatangan Abdee kembali untukku.
            Dimusim hujan ini, aku memiliki perasaan yang berbeda dari musim penghujan yang sebelumnya. Dulu persaan jengkel dan resah selalu membuatku menjauhi hujan karana hujan membuat apa yang aku bawa dan pakai basah serta membuatku sakit. Tapi sekarang aku sangat menantikan kedatangan hujan sama halnya aku menantikan kedatangan Abdee kembali untukku. Sungguh hujan yang penuh arti cinta, kasih, dan sayang.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Anisa's Blog Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template and web hosting